Pagi ini bagaikan bumi terselimuti awan hitam, awan yang akan memberikan mu suatu pertanda buruk bagai hujan ataupun badai yang sangat menyeramkan. Entah apa yang terjadi sebenarnya akupun tak tau, semuanya terjadi begitu saja tanpa satupun penjelasan yang pasti. Pagi ini, hanya perasaan sesal yang ada di dalam dadaku, perasaan sesak bagaikan kehabisan oksigen di bumi. ingin rasanya aku menangis sekencang kencangnya, ingin rasanya aku berteriak sejadi-jadinya dan ingin rasanya aku menghukum diriku sendiri atas kebodohan yang tak’an pernah terampuni walau dengan beratus-ratus kali, beribu-ribu kali bahkan berjuta-juta kali rasa penyesalan.
Malam itu aku masihlah seorang gadis manis yang memiliki cukup banyak potensi, entahlah itu benar atau tidak karena aku hanyalah mengambil kesimpulan dari perkataan orang-orang di sekitarku. Aku selalu hidup untuk menjadi yang terbaik dan mendapatkan sesuatu
yang sempurna, aku tahu itu semua hanyalah klise tentang kehidupan yang memiliki cukup banyak rahasia yang sulit untuk terbongkar, mungkin tak akan pernah terbongkar hingga seluruh mahluk di dunia ini punah. Atau tidak akan pernah terbongkar sampai kapanpun dan menjadi rahasia abadi yang berisi tentang banyak cerita sedih,senang,bahagia,suram,kecewa,keberhasilan,kegagalan,dan mungkin rasa penyesalan, seperti hal yang kurasakan.
yang sempurna, aku tahu itu semua hanyalah klise tentang kehidupan yang memiliki cukup banyak rahasia yang sulit untuk terbongkar, mungkin tak akan pernah terbongkar hingga seluruh mahluk di dunia ini punah. Atau tidak akan pernah terbongkar sampai kapanpun dan menjadi rahasia abadi yang berisi tentang banyak cerita sedih,senang,bahagia,suram,kecewa,keberhasilan,kegagalan,dan mungkin rasa penyesalan, seperti hal yang kurasakan.
Seperti malam-malam biasanya aku pergi untuk menjalankan aktivitasku menjadi seorang penyanyi cafe, walaupun banyak orang beranggapan negative tentang kelayakan seorang wanita bekerja pada malam hari namun itu tak pernah menjadi hambatan bagiku, karena aku adalah sosok wanita yang tak’an rela menyerahkan keperawananku begitu saja. Terkadang rekan-rekan seprofesiku menganggap aku adalah sosok wanita desa yang masih berfikiran kuno tentang mahalnya keperawanan seorang perempuan. Entahlah , mungkin itulah aku, sesosok wanita kuno yang menjaga kesucian sebagai suatu kewajiban.
“Kau tau, bagaimana sifatmu? Kau adalah gadis terarogan didunia” itulah hal-hal yang sudah sangat sering kudengar tentang pendapat seseorang yang menilai diriku, terutama para lelaki yang kuanggap lelaki hidung belang. Setiap malam kudengar mereka mengucapkan kata-kata itu, terlebih lagi ketika ajakan mereka untuk bermalam kutolak.
Namun malam itu berbeda, malam itu bagaikan malam yang terindah dalam hidupku. Aku bertemu kembali dengannya, yah...dia..dia adalah mantan cinta terlarangku. Cinta terlarang? Aku tak pernah mengerti mengapa ada kualifikasi cinta yang sangat menyedihkan? Bukankah cinta itu murni? Bukankah cinta itu suci ? atau mungkinkah itu semua hanya kebohongan belaka...hanya anggapan bagi orang yang sedang di mabuk asmara!!!
Entahlah...aku sudah tak peduli lagi apa arti cinta itu sebenarnya. Apa salahnya bila aku mencintainya? Apa salahnya bila kami saling mencintai? Dan apa salahnya bila kami adalah adik kakak? Aku tak pernah menemukan satu jawabanpun dari semua pertanyaan yang selalu mengganggu fikiranku dan menggangtung dalam hatiku.
Bukankah bagus bila dua insan yang berbeda dapat bersama menjalin suatu hubungan yang kukatakan sangatlah wajar? Apa salahnya aku dan dia saling mencintai....statusku memanglah adiknya...adik yang sangat disayanginya dari kecil, adik yang selalu dilindunginya dengan segenap kekuatan yang dimilikinya dan sekarang menjadi adik yang sangat dicintainya. Tapi...aku bukanlah adiknya yang sah..aku hanyalah seorang anak pungut yang dibesarkan dan diasuh oleh sebuah keluarga yang sudah hidup bahagia dan sangat berkecukupan. Ceritaku berbeda dari cerita keluarga lainnya yang memungut seorang anak demi menyempurnakan kebahagiaan keluarga kecilnya. Keluarga yang memungutku bukanlah sebuah keluarga yang membutuhkan seorang anak demi pemyempurnaan kebahagiaan, tetapi mereka adalah sebuah keluarga yang sudah sangat sempurna, hingga banyak orang disekitarnya iri pada kebahagiaan yang dapat mereka peroleh dengan mudahnya. Entah apa sebenarnya peranku di dalam keluarga ini, namun aku tahu ke dua orang tua angkatku menyayangiku layaknya anak kandungnya sendiri. Aku tak pernah merasakan mereka membeda-bedakan antara aku dan kakak. Mereka selalu menganggap aku adalah bagian yang sah di dalam keluarga ini, dan sesungguhnya aku memang tau akan hal itu.
Papa dan mama yang menjadi orang tua angkatku saat ini adalah sahabat dari kedua orang tua kandungku. Waktu itu umurku baru menginjak usia yang ke 7 tahun, tidak lama dari perayaan ulang tahunku kejadian tragis yang merubah seluruh kehidupanku, yang merenggut ke dua orang tuaku dan yang membawaku ke kehidupan ku saat inipun terjadi, mobil yang aku dan kedua orang tuaku tumpangi mengalami kecelakaan. Ibuku meninggal pada saat itu juga namun tidak begitu dengan ayahku, ia masih bisa bertahan hidup walau harus dengan keadaan koma. Sedangkan aku tergeletak tak berdaya selama berbulan-bulan dirumah sakit sebelum akhirnya dinyatakan sehat. Namun hari dimana aku sudah bisa kembali merasaka indahnya kehidupan bukanlah menjadi hari yang menyenangkan bagiku melaikan hari tersuram yang pernah kuhadapi. Ayahku, satu-satunya orang terakhir yangn kumiliki di dunia ini pergi meninggalkanku utuk menjalani kehidupan baruya.
Sedih,sakit,frustasi,dan semua perasaan yang sangat meyakitkan hatilah yang kurasakan saat itu. Namun saat itu papa dan mama datang untuk merangkul dan mengembalikanku lagi pada sebuah kebahagiaan yang selama ini kumiliki. Kakak...sosok itupun ikut masuk dalam kehidupan baruku saat itu. Sosok yang sangat hangat,penyayang,pemberani,peduli,dan selalu berusaha membuatku tersenyum.
Aku dan kakak hidup sebagai saudara yang sangat akur sampai 11 tahun lamanya. Waktu itu umurku sudah menginjak 18 tahun dan kakak 20 tahun. Namun peran sebagai saudara itupun berakhir dengan sebuah pengakuan cinta yang tak pernah terbayangkan. Kakak orang yang selalu menjadi sosok yang penting dalam hidupku mengutarakan perasaannya padaku yang sesungguhnya. Perasaan ini bukanlah perasaan kakak pada adiknya melainkan perasaan lelaki pada seorang wanita. Pada saat itu yang kupikirkan hanyalah cintaku yang ternyata tidak bertepuk sebelah tangan pada kakak, tanpa memikirkan bagaimana pendapat papa dan mama soal ini.
Setelah mengetahui aku dan kakak saling mencintai papa dan mama sangatlah murka dan tidak menyetujui hugunganku dengan kakak. “apa salah kami? Kami bukanlah saudara kandung, semua orang tau bahwa kami hanyalah saudara yang di pertemukan oleh nasib dan bukan ikatan darah”. Setelah mendengar kakak mengatakan itu papa sangatlah murka, ia menampar kakak dan langsung mengusir kami, bila kami tidak memutuskan hubungan kami dengan segera.
Setelah mencoba mempertahankan semuanya...akupun menyerah, karena aku tau aku hanya akan menghancurkan masa depan kakak yang sudah tertata dengan rapi. Karena itu aku memutuskan untuk pergi dari hadapan kakak,papa,dan mama. Berat rasanya harus kehilangan orang yang paling kita sayangi, namun aku hanyalah seorang gadis muda yang belum memiliki tujuan untuk hidup dan masih tak mengerti tentang kejamnya kehidupan.
Sudah 2 tahun lamanya aku pergi meninggalkan kehidupanku yang nyaman dan bahagia bersama kakak dan kedau orang tua angkatku. Rasa rindu yang sering terselip dalam hatiku selalu ku coba untuk menahannya dan menutupinya. Karena aku yakin inilah yang terbaik yang bisa kulakukan untuk keluarga yang telah memberikanku kehidupan yang amat sempurna. Hingga malam itu, malam dimana aku bertemu kembali dengan kakak, orang yang dulu pernah kucintai, mungkin hingga sekarang selalu menjadi orang yang kucintai. Kami bertemu di sebuah taman dekat tempatku bekerja menjadi penyanyi cafe, saat itu ia sedang menatap langit yang bermandikan cahaya rembulan. Suasana malam itu sangatlah hangat dan bersahaja berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Kakak menatapku dengan senyum yang menghiasi wajahnya, sambil berkata “sudah waktunya kamu untuk berhenti melarikan diri, hadapi ini semua dan kitapun akan bahagia seperti sebelumnya”. Kata-kata itu sangat menggantung bagiku,tak berpola,namun satu hal yang pasti memiliki makna yang dalam bagiku dan mungkin untuk dirinya sendiri.
Malam itu, sebelum iya mengajak aku untuk berbincang-bincang lebih lanjut tentang masalah yang ada diantara kami, kakak mengajakku untuk menikmati malam itu terlebih dahulu dengan memperhatikan kekuasaan tuhan yang telah menciptakan suasana dan pemandangan yang indah layaknya surge kecil bumi, sambil mengingat semua moment-moment indah yang pernah kami alami.
Entah apa yang kupikirkan saat itu, aku ingin kembali padanya,yah...padanya, kakaku. Aku ingin merenggutnya kembali menjadi miliku yang utuh. Keegoisan dalam diriku semakin menjadi-jadi ketika ia mengatakan “aku rindu padamu”. “padamu” , itu adalah aku,dirikulah yang dia maksud, sejujurnya aku senang dia mengatakan itu namun rasa takutpun tetap menyelimuti hatiku, aku takut, sangat takut bila harus masuk kelubang yang sama untuk kedua kalinya. Aku memang menyayanginya, benar-benar sangat menyayanginya, diapun sangat berarti bagiku, namun apa yang bisa kulakukan? Aku hanyalah gadis bodoh, yang tak mengerti tentang cinta dan kasih sayang. Gadis bodoh yang tak akan pernah bisa memilih antara cintanya dan kasih sayangnya atau mungkin rasa terimakasih yang tak bisa ia nodai.
Malam itupun terlewati dengan sebuah kejadian tragis yang kembali terulang, ingin rasanya aku berlari untuk menghindari nasib buruk yang selalu mengejar tiada lelahnya. Air mata yang selama ini kusimpanpun jatuh tak tertahankan lagi, ketika melihatnya berlumuran darah. –nya? Kau tau siapa itu? Dia adalah ibu angkatku. Kejadian itu terjadi pada saat papa dan mama ingin menemuiku, entahlah akupun tak mengerti mengapa ini semua harus terjadi, BINGUNG hanya kata itu lah yang ada dibenakku terlebih lagi setelah kakak menjelaskan segalanya padaku. “Apa maksud semua ini? Ini pasti hanyalah kebohongan yang kalian rancang agar bisa membodohiku. Tidak... aku tidak mengerti...kenapa? kenapa kalian harus membingungkanku... jadi..papa dan mama adalah orang tua kandungku? Jadi siapa mereka? Siapa orang tua yang selama ini kuanggap sebagai orang tua kandungku?” kukatakan semua itu dengan histeris dan dengan semua emosi yang tersisa dalam diriku. Kau tau apa yang kurasakan? Yang kurasakan adalah perasaan bodoh..mengapa? mengapa aku harus dibodohi begitu lamanya..terlebih lagi aku baru mengetahui semua ini ketika usiaku sudah menginjak 20 tahun. 20 tahun...itu Bukanlah waktu yang singkat, aku dibohongi selama itu..apa alas an mereka melakukan itu?
Aku menagis dan merasakan sakit yang begitu dalam, namun apa dayaku? Aku jelas hanyalah seorang gadis yang tak berdaya. “kami melakukan itu bukan kami ingin menyingkirkanmu sayang... kami lakukan ini karena kami menyayangimu dan rasa persahabatan kami pada orang tua angkatmu yang sebenarnya, kau tau bukan bahwa kami bersahabat? Sesungguhnya aku tak pernah rela kau harus menjadi bagian dari keluarga lain walaupun itu adalah sahabatku sendiri. Aku menyayangimu sungguh...namun peristiwa saat itu sangatlah membuatku bingung”
Itulah penjelasan papa padaku...persahabatan? entahlah...sebenarnya apa yang harus kulakukan? Marah? Senang? Atau sedih?. Semuanya bagai sebuah ilusi pahit di dalam hidupku.
Ketika aku sedang merasakan pahitnya hidupku, kejadian suram itupun datang menghampiri kami. Mama...yang sekarang adalah orang tua kandungku itu, dinyatakan pergi oleh dokter setelah operasi yang dijalaninya gagal.
Kehilangan? Sudah 2 kali kurasakan sakitnya rasa kehilangan. Tapi mengapa? Mengapa kuharus kehilangan mama sebelum aku bisa menganggapnya ibu kandungku... kenapa? Kenapa mereka tak memberitahuku dari dulu agar aku tak perlu merasakan sesak di dadaku ini.
“kami ingin memberitahumu...tapi waktu itu kau memutuskan untuk pergi diam-diam..maafkan papa sayang, sesungguhnya kami sudah mencoba mencarimu keseluruh belahan dunia namun kami gagal hingga kakakmu menemukanmu”
BODOH....mengapa aku begitu bodoh? Mengapa aku harus pergi...
Kepergiaan mama telah menjelaskan segalanya padaku.. bagaimana sekarang tentang nasib cintaku? Aku dan kakak memutuskan untuk menguburnya dalam-dalam di hati kami masing-masing, mungkin memang sulit tapi inilah yang terbaik bagi kami karena sekarang kami adalah saudara yang jelas-jelas dipertemukan oleh darah dan bukan hanya oleh nasib.
1 hal yang terbekas dalam hatiku selamanya...mungkin tak akan hilang hingga jantungku ini tak berdetak lagi. kau tau apa? Rasa PENYESALAN....
PENYESALAN...karena aku tak bisa menghabiskan kebahagian bersama ibu kandungku..dan mengapa aku harus mengikuti kata hati bodohku untuk pergi dari rumah dan menjalani hidupku sendiri. Aku memang marah padanya karena mebodohi dan membohongiku namun aku tetap menyayanginya karena iya memang selalu berperan menjadi ibu yang sangat menyayangiku.
Satu hal yang tak bisa kupungkiri...aku haruslah bertermakasih pada kedua orang tuaku yang sudah sangat menyayangiku melebihi dari kuketahui dan karena telah mempertemukanku kepada kedua orang tua angkatku yang selama ini kuanggap merekalah orang tua kandungku.
“hari-hari akan terus berjalan Rena...adiku, jadi janganlah kita menatap kebalakang, menataplah kedepan dan jalani hidupmu dengan semangat dan senyuman, karena aku akan selalu ada disampingmu, menjagamu, dan aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakan mu seperti pesan ibu kepadaku”. Tangisku pecah saat itu...tapi aku tau kakak benar..sanagatlah benar bahwa kehidupan tak akan pernah berhenti hanya karena suatu masalah.
Pagi ini adalah hari dimana ibuku akan dimakamkan... pahit rasanya harus mengulang kembali proses penguburan seperti yang pernah kualami dulu, namun aku haruslah kuat demi ayah dan kakakku, karena hanya merekalah kini yang kumiliki. Mereka adalah 2 orang yang akan selalu kusayangi walau apapun yang terjadi. Hidupku masih panjang dan tak ada yang bisa menghalangiku untuk menatapa masa depan seperti yang di katakan kakak. Kisah sedihku akan terkubur bersama mama dan takan pernah kembali lagi.
“ Rena janji ma...rena bakal hidup dengan baik dan akan selalu ada disamping papa dan kakak”
Sambil menangis ku ucapkan jani itu di depan kubur mama yang masih basah, dan akupun berjanji pada diriku sendiri untuk berhenti menangisi semua hidup kelam dan segala kepahitan yang pernah terjadi. Ini adalah air mata terakhir yang akan ku teteskan dan setelah ini lembaran baru kehidupanku pun akan terbuka lebar.
By : Sari Kumala siregar

Tidak ada komentar:
Posting Komentar